Rabu, 25 Maret 2015

MAKALAH KELAIANAN BAWAAN OBSTRUKSI BILIARIS PADA NEONATUS, BAYI DAN BALITA




KELAIANAN BAWAAN OBSTRUKSI BILIARIS
PADA NEONATUS, BAYI DAN BALITA

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
ASKEB Neonatus Bayi dan Balita

Dosen Pengampu : Leni Maryati, S.SiT





Disusun Oleh :
Nur Azizah         ( 14.0301252)



PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
BINA CIPTA HUSADA PURWOKERTO
2015



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan Kebidanan Neonatus yang berjudul “Obstruksi biliaris.”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan Neonatus sebagai pembelajaran mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus. Dalam menyusun ini penulis banyak dibantu oleh dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan demi kelancaran penulis tulis ini  dan teman-teman yang telah memberikan semangat dan dorongan. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini.
Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi dalam pembelajaran Asuhan Kebidanan Neonatus. Akhirnya, sebagai manusia biasa yang tidak terhindar dari kekeliruan kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Dan karenanya, segala saran dan kritikan yang membangun yang datang dari pembaca sangat penulis butuhkan sebagai bahan masukan untuk perbaikan di masa-masa mendatang.


                                                                                                Purwokerto, Maret 2015

 Penulis                      











DAFTAR ISI


Halaman Judul.......................................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan................................................................................................. 2
C. Sistematika Penulisan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
               Obstruksi Biliaris...................................................................................... 3
               A. Pengertian............................................................................................ 3
               B. Gambaran umum.................................................................................. 3
               C. Patofisiologi......................................................................................... 4
               D. Gejala................................................................................................... 5
               E.  Etiologi................................................................................................ 5
               F.  Klasifikasi............................................................................................ 5
               G. Diagnosis............................................................................................. 6
               H.Pemeriksaan Laboratorium................................................................... 8
               I. Pencegahan........................................................................................... 9
               J. Penatalaksanaan.................................................................................. 10
          
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan........................................................................................................ 11
B.Saran.................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA                                                                       





BAB I
PENDAHULUAN


A.     LATANG BELAKANG
 Obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan. (Ngastiyah,2005). Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan (sebagai strekobilin) di dalam feses.
Cacat bawaan merupakan suatu keadaan cacat lahir pada neonatus yang tidak diinginkan kehadirannya oleh orangtua maupun petugas medis. Laporan dari beberapa penelitian menungkapakan bahwa angka kejadian cacat bawaan dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Angka kematian bayi baik didalam maupun diluar negeri dari tahun ke tahun semakin lama semakin turun, tetapi penyebab kematian mulai bergeser. Sebelumnya penyebab kematian pada bayi sebagian besar disebabkan masalh sepsis, asfiksia, dan sindrom distress nafas, sedangkan akhir-akhir ini mulai bergeser pada masalah cacat bawaan.
Angka kematian perinatal di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 40/1000 kelahiran hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi angka kematian tersebut antara lain penyakit dan semua hal yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan baik langsung maupun tidak langsung. Faktor yang berhubungan langsung pada bayi baru lahir adalah penyakit. Penyakit tersebut sangat beresiko tinggi pada bayi, oleh karenanya perlu mendapat penatalaksanaan yang cepat sehingga angka kematian dan kesakitan dapat diturunkan. Bayi-bayi yang beresiko tinggi salah satunya yaitu kuning atau ikterus yang patologis, seperti ikterus obstruktif atau obstruksi biliaris.
Obstruksi biliaris adalah penyumbatan saluran empedu sehingga mengakibatkan penumpukan bilirubin dan terjadi kuning atau ikterus, yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya karena penyumbatan kandung empedu oleh batu empedu. Biasanaya ditandai dengan kuning pada bayi, sehingga sangat sulit dibedakan antara ikterus yang fisiologis dan ikterus patologis atau obstruksi biliaris bila tidak dilakukan pemeriksaan lebih mendetil. Obstruksi biliaris ini merupakan bentuk patologis dari ikterus, sehingga memerlukan penanganan khusus dan lebih kompleks daripada ikterus fisiologis yang biasanya sering dialami oleh bayi baru lahir.
Penanganan obstruksi biliaris ini memerlukan pembedahan untuk mengatsinya.
Obstruksi biliaris hampir mirip dengan atresia empedu, karena sama-sama menyumbat saluran empedu. Sedangkan insidensi atresia empedu eksrahepatis adalah 5-10 kasus / 100.000 kelahiran hidup, atau 3-15 / 100.000 dari bayi-bayi yang dirawat. Atau sekitar 1 / 2.500 per kelahiran hidup untuk ikterus obstruksi. Dari data di atas dapat dilihat angka kejadian obstruksi biliaris ini di Indonesia tidak begitu besar, namun walau begitu tetap harus ditangani dan diwaspadai dengan seksama, untuk mengurangi kematian perinatal yang masih tinggi di Indonesia ini.
Gastroskisis dan omfalokel merupakan beberapa kelainan kongenital yang paling banyak ditemukan. Insiden dari keduanya 1/2000 kelahiran, oleh karena itu, ahli bedah anak akan menemukan defek kelainan dinding abdomen ini 2 kali lebih banyak dari bayi dengan defek atresia esofagus dan fistula trakeosesofagus. Bayi yang lahir dengan gastroskisis mungkin memiliki kondisi malabsorpsi, baik itu dari perlukaan usus ataupun obstruksi usus parsial selama di dalam uterus. Kelainan fiksasi interna mungkin ditemukan pada defek dinding abdomen dan volvulus midgut juga mungkin terjadi. Sebagai tambahan, anak-anak dengan kondisi ini mungkin memiliki refluks gastroesofagus dan penyakit hirscprung mungkin menjadi komplikasi selama perjalanan penyakit.

B.     RUMUSAN MASALAH
a.       Bagaimanakah Obstruksi Biliaris itu?
b.      Bagaimanakah tanda dan gejala Obstruksi Biliaris itu?
c.       Bagaimanakah Klasifikasi dari Obstruksi Biliaris itu?
d.      Bagaimanakah Diagnosis Obstruksi Biliaris?
e.       Bagaimanakah pencegahan dan penatalaksanaan Obstruksi Biliaris?

C.    TUJUAN

1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah asuhan kebidanan neonatus.
2.      Untuk mengetahui penyakit pada neonatus dan bayi khususnya Obstruksi Biliaris.
3.      Untuk mengetahui penyebab Obstruksi Biliaris.
4.      Untuk mengetahui diagnosisnya Obstruksi Biliaris,
5.      Untuk mengetahui penatalaksanaan Obstruksi Biliaris.




BAB II
PEMBAHASAN

A.     PENGERTIAN OBSTRUKSI BILIARIS
Obstruction : tindakan memblokir atau menyumbat atau keadaan atau kondisi tersumbat.Biliary : berhubungan dengan empedu, saluran empedu, atau kandung empedu. Jadi dapat disimpulkan bahwa obstuksi biliaris adalah suatu kelainan bawaan dimana terjadi penyumbatan pada saluran empedu sehingga cairan empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan dalam feses . Atau obstruksi billiaris adalah tersumbatnya saluran kandung empedu karena terbentuknya jaringan fibrosis.
Obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan. (Ngastiyah,2005).

B.     GAMBARAN UMUM OBSTRUKSI BLIARIS
 Antara hati dan usus halus terdapat saluran yang berfungsi sebagai tempat mengalirnya empedu yang di produksi hati menuju usus. Jika saluran ini tersumbat, maka hal ini disebut sebagai obstruksi biliaris (Sarjadi, 2000). 
Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan ( sebagai strekobilin ) didalam feses (Ngastiyah, 2005).
Penderita tampak ikterik, akan sangat berat apabila obstruksi tidak dapat diatasi, bilirubin serum yang terkonjugasi meningkat, feses pucat dan urine berwarna gelap (pekat). Biasanya terdapat juga peningkatan kadar alkalin fosfate serum terutama transaminase. (Sarjadi,2000)
Apabila terjadi obstruksi biliaris persisten, empedu yang terbendung dapat mengalami infeksi, menimbulkan kolangitis dan abses hepar. Kekurangan empedu dalam usus halus mempengaruhi absorpsi lemak dan zat yang terlarut dalam lemak (misalnya beberapa jenis vitamin) (Sarjadi,2000).
Obstruksi duktus biliaris ini sering ditemukan, kemungkinan desebabkan:
1.    Batu empedu
2.    Karsinoma duktus biliaris
3.    Karsinoma kaput panksreas
4.    Radang duktus biliaris komunis yang menyebabkan striktura
5.    Ligasi yang tidak sengaja pada duktus biliaris komunis (Sarjadi, 2000)
            Penderita tampak ikterik, akan sangat berat apabila obstruksi tidak dapat diatasi, bilirubin serum yang terkonjugasi meningkat, feses pucat dan urine berwarna gelap (pekat). Biasanya terdapat juga peningkatan kadar alkalin fosfate serum terutama transaminase. (Sarjadi,2000)
       Apabila terjadi obstruksi biliaris persisten, empedu yang terbendung dapat mengalami infeksi, menimbulkan kolangitis dan abses hepar. Kekurangan empedu dalam usus halus mempengaruhi absorpsi lemak dan zat yang terlarut dalam lemak (misalnya beberapa jenis vitamin) (Sarjadi,2000).
a.    Penyakit Duktus Biliaris Intrahepatik
            Gambaran yang mirip dengan obstruksi biliaris dapat disebabkan oleh penyakit duktus biliaris intrahepatik, seperti :
1)     Atresia Biliaris
Merupakan suatu kondisi kelainan dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak berkembang secara normal.
2).   Sirosis biliaris primer
Secara histologis kerusakan duktus tampak dikelilingi infiltrasi limfosit yang padat dan sering timbul granuloma.
3).   Kolangitis sklerosing
Merupakan radang kronis yang mengenai duktus biliaris intrahepatik.
4).   Reaksi obat kolestatik
       Obat-obatan long-acting lebih menyebabkan kerusakan hepar dibandingkan dengan obat-obatan short-acting (Sarjadi, 2000).
b.    Obstruksi Biliaris Akut
           Obstruksi akut duktus biliaris utama pada umumnya disebabkan oleh batu empedu. Secara klinis akan menimbulkan nyeri kolik dan ikterus. Apabila kemudian sering terjadi infeksi pada traktus biliaris, duktus akan meradang (kolangitis) dan timbul demam. Kolangitis dapat belanjut menjadi abses hepar (Sarjadi, 2000).

           Obstuksi biliaris yang berulang menimbulkan fibrosis traktus portal dan regenerasi noduler sel hepar. Keadaan ini disebut sirosis biliaris sekunder (Sarjadi, 2000).

C.     PATOFISIOLOGI

Sumbatan saluran empedu dapat terjadi karena kelainan pada dinding misalnya ada tumor, atau penyempitan karena trauma(iatrogenik). Batu empedu dan cacing askariasis sering dijumpai sebagai penyebab sumbatan didalam lumen saluran. Pankreatitis, tumor caput pankreas, tumor kandung empedu atau anak sebar tumor ganas di daerah ligamentum hepato duodenale dapat menekan saluran empedu dari luar menimbulkan gangguan aliran empedu. (Reskoprodjo, 1995)
 Beberapa keadaan yang jarang dijumpai sebagai penyebab sumbatan antara lain kista koledokus, abses amuba pada lokasi tertentu, di ventrikel duodenum dan striktur sfingter papila vater. (Reskoprojo,1995)
Kurangnya bilirubin dalam saluran usus bertanggung jawab atas tinja pucat biasanya dikaitkan dengan obstruksi empedu. Penyebab gatal (pruritus) yang berhubungan dengan obstruksi empedu tidak jelas. Sebagian percaya mungkin berhubungan dengan akumulasi asam empedu di kulit. Lain menyarankan mungkin berkaitan dengan pelepasan opioid endogen (Judarwanto,2009).
Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan ( sebagai strekobilin ) didalam feses. (Ngastiyah, 2005)

Kemungkinan penyebab saluran empedu tersumbat meliputi:
1.      Kista dari saluran empedu
2.      Lymp node Diperbesar dalam porta hepatis
3.      Batu empedu
4.      Peradangan dari saluran-saluran empedu
5.      Trauma cedera termasuk dari operasi kandung empedu
6.      Tumor dari saluran-saluran empedu atau pankreas
7.      tumor yang telah menyebar ke sistem empedu (Zieve David,2009).

D.     GEJALA
Gejala obstruksi biliaris antaralain :
a.       Gambaran klinis gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama yakni bayi ikterus
b.      Kemudian feses bayi berwarna putih agak keabu-abuan dan liat seperti dempul
c.       Urine menjadi lebih tua karena mengandung urobilinogen
d.      Perut sakit di sisi kanan atas   
e.       Demam
f.       Mual dan muntah (Zieve David,2009)
g.      Nafsu makan berkurang
h.      Sulit buang air besar
E.     ETIOLOGI
Obstruksi biliaris ini disebabkan oleh :          
1.      Batu empedu
2.      Karsinoma duktus biliaris
3.      Karsinoma kaput pankreas
4.      Radang duktus biliaris komunis
5.      Ligasi yang tidak disengaja pada duktus komunis (Sarjadi,2005)
6.      Kista dari saluran empedu
7.      Limfe node diperbesar dalam porta hepatis
8.      Tumor yang menyebar ke sistem empedu (Zieve David,2009)
F.      KLASIFIKASI
Berdasarkan penyakit yang ditimbulkan, meliputi :
1.  Penyakit duktus biliaris intrahepatik :
a.   Atresia biliaris
Merupakan suatu kondisi kelainan dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak berkembang secara normal.
b. Sirosis biliaris primer
Secara histologis kerusakan duktus tampak dikelilingi infiltrasi limfosit yang padat dan sering timbul granuloma.

c.  Kolangitis sklerosing     
Obat-obatan long-acting lebih menyebabkan kerusakan hepar dibandingkan dengan obat-obatan short-acting. (Sarjadi,2000)
2.  Obstruksi biliaris akut
            Obtruksi biliaris akut duktus biliaris umumnya disebabkan oleh batu empedu. Secara klinis akan menimbulkan nyeri kolik dan ikterus. Apabila kemudian sering terjadi infeksi pada traktus biliaris, duktus akan meradang (kolangitis) dan timbul demam. Kolangitis dapat berlanjut menjadi abses hepar.
          Obstruksi biliaris yang berulang akan menimbulkan fibrosis traktus portal dan regenerasi noduler sel hepar. Keadaan ini disebut sirosis biliaris sekunder. (Sarjadi,2000)
G.    DIAGNOSIS
       Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik, adanya tanda ikterus atau kuning pada kulit, pada mata dan di bawah lidah. Pada pemeriksaan perut, hati teraba membesar kadang juga disertai limfa yang membesar.
Pemeriksaan Laboratorium dan Imaging
1.    Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan kadar bilirubin)
Pemeriksaan darah dilakukan pemeriksaan fungsi hati khususnya terdapat peningkatan kadar bilirubin direk. Disamping itu dilakukan pemeriksaan albumin, SGOT, SGPT, alkali fosfatase, GGT. Dan faktor pembekuan darah.
2.    Rontgen perut (tampak hati membesar)
3.    Kolangiogram atau kolangiografi intraoperatif
Yaitu dengan memasukkan cairan tertentu ke jaringan empedu untuk mengetahui kondisi saluran empedu. Pemeriksaan kolangiogram intraoperatif dilakukan dengan visualisasi langsung untuk mengetahui patensi saluran bilier sebelum dilakukan operasi Kasai.
4.    Breath test
Dilakukan untuk mengukur kemampuan hati dalam memetabolisir sejumlah obat.  Obat-obat tersebut ditandai dengan perunut radioaktif, diberikan per-oral (ditelan) maupun intravena (melaluipembuluhdarah).
Banyaknya radioaktivitas dalam pernafasan penderita menunjukkan banyaknya obat yang dimetabolisir oleh hati.

5.    USG
Menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan hati, kandung empedu dan saluran empedu. Pemeriksaan ini bagus untuk mengetahui kelainan struktural, seperti tumor. USG merupakan pemeriksaan paling murah, paling aman dan paling peka untuk memberikan gambaran dari kandung empedu dan saluran empedu. Dengan USG, dokter dengan mudah bisa mengetahui adanya batu empedu di dalam kandung empedu. USG dengan mudah membedakan sakit kuning (jaundice) yang disebabkan oleh penyumbatan saluran empedu dari sakit kuning yang disebabkan oleh kelainan fungsi sel hati. USG Doppler bisa digunakan untuk menunjukkan aliran darah dalam pembuluh darah di hati. USG juga bisa digunakan sebagai penuntun pada saat memasukkan jarum untuk mendapatkan contoh jaringan biopsi.
6.    Imaging radionuklida (radioisotop)
Menggunakan bahan yang mengandung perunut radioaktif, yang disuntikkan ke dalam tubuh dan diikat oleh organ tertentu. Radioaktivitas dilihat dengan kamera sinar gamma yang dipasangkan pada sebuah komputer.
7.    Skening hati
Merupakan penggambaran radionuklida yang menggunakan substansi radioaktif, yang diikat oleh sel-sel hati.
8.    Koleskintigrafi
Menggunakan zat radioaktif yang akan dibuang oleh hati ke dalam saluran empedu. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui peradangan akut dari kandung empedu (kolesistitis).
9.    CT scan
Bisa memberikan gambaran hati yang sempurna dan terutama digunakan untuk mencari tumor. Pemeriksaan ini bisa menemukan kelainan yang difus (tersebar), seperti perlemakan hati (fatty liver) dan jaringan hati yang menebal secara abnormal (hemokromatosis). Tetapi karena menggunakan sinar X dan biayanya mahal, pemeriksaan ini tidak banyak digunakan.
10.  MRI
Memberikan gambaran yang sempurna, mirip dengan CT scan. Pemeriksaan ini lebih mahal dari CT scan, membutuhkan waktu lebih lama dan penderita harus berbaring dalam ruangan yang sempit, menyebabkan beberapa penderita mengalami klaustrofobia (takut akan tempat sempit).


11.  Kolangiopankreatografi endoskopik retrograd
Merupakan suatu pemeriksaan dimana suatu endoskopi dimasukkan ke dalam mulut, melewati lambung dan usus dua belas jari, menuju ke saluran empedu. Suatu zat radiopak kemudian disuntikkan ke dalam saluran empedu dan diambil foto rontgen dari saluran empedu. Pemeriksaan ini menyebabkan peradangan pada pankreas (pankreatitis) pada 3-5% penderita.
12.  Kolangiografi transhepatik perkutaneus
Menggunakan jarum panjang yang dimasukkan melalui kulit ke dalam hati, kemudian disuntikkan zat radiopak ke dalam salah satu dari saluran empedu. Bisa digunakan USG untuk menuntun masuknya jarum. Rontgen secara jelas menunjukkan saluran empedu, terutama penyumbatan di dalam hati.
13.  Kolangiografi operatif
Menggunakan zat radiopak yang bisa dilihat pada rontgen. Selama suatu pembedahan, zat tersebut disuntikkan secara langsung kedalam saluran empedu. Foto rontgen akan menunjukkan gambaran yang jelas dari saluran empedu.
14.  Foto rontgen sederhana
Sering bisa menunjukkan suatu batu empedu yang berkapur.
15.   Pemeriksaan Biopsi hati
 Untuk melihat struktu organ hati apakah terdapat sirosis hati atau kompilkasi lainnya. Laparotomi biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan.
16.  Laparotomi (biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan).
(Indonesia, USA & internasional berkumpul, 2000).

H.     PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1.      Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan bilirubin)
Pemeriksaan darah dilakukan dengan pemeriksaan fungsi hati khususnya terdapat peningkatan kadar bilirubin direk. Disamping itu dilakukan pemeriksaan albumin, SGOT,SGPT, alkali fosfatase, GGT dan faktor pembekuan darah.
2.      Rontgen perut (tampak hati membesar)
3.      Kolangiogram atau kolangiografi intraoperatif
Yaitu dengan memasukkan cairan tertentu ke jaringan empedu untuk mengetahui kondisi saluran empedu.

4.      Breath Test
Dilakukan untuk mengukur kemampuan hati dalam memetabolisir sejumlah obat.
5.      USG
Menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan hati, kandung empedu dan saluran empedu.
6.      Imaging Radionuklida (radioisotop)
7.      Skrening hati
Penggambaran radionuklida yang menggunakan subtansi radioaktif yang diikat oleh sel-sel hati.
8.      Koleskintigrafi
Mengetahui peradangan akut dari kandung kemih
9.      CT Scan
Pemeriksaan ini bisa menemukan kelainan yang difus (tersebar) seperti kelemahan hati dan jaringan hati yang menebal secara abnormal.
10.  Kolangiopankreatografi Endoskopik Retrograd
11.  Foto rontgen sederhana
Menunjukkan batu empedu yang berkapur
12.  Pemeriksaan biopsi hati
13.  Laparotomi
14.  Kolangiografi operatif
15.  Kolangiografi Transhepatik Perkutaneus
16.  MRI.
 
I.     PENCEGAHAN
Mengetahui faktor resiko yang dimiliki, sehingga mendapatkan prompt diagnosis dan pengobatan jika saluran empedu tersumbat. Penyumbatan itu sendiri tidak dapat dicegah. (Attasaranya S, Fogel EL, 2008)
Mengetahui faktor resiko yang dimiliki, sehingga mendapatkan prompt diagnosis dan pengobatan jika saluran empedu tersumbat. Penyumbatan itu sendiri tidak dapat dicegah. (Attasaranya S, Fogel EL, 2008).

  Komplikasi :
1. Demam
2. Nafsu makan berkurang
3. Sulit buang air besar
J.       PENATALAKSANAAN

            Pada dasarnya penatalaksanaan pasien dengan obstruksi biliaris bertujuan untuk menghilangkan penyebab sumbatan atau mengalihkan aliran empedu. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan pembedahan misalnya pengangkatan batu atau reseksi tumor. Dapat pula upaya untuk menghilangkan sumbatan dengan tindakan endoskopi baik melalui papila vater atau dengan laparoskopi. (Reksoprodjo, 1995)

            Bila tindakan pembedahan tidak mungkin dilakukan untuk menghilangkan penyebab sumbatan, dilakukan tindakan drenase yang bertujuan agar empedu yang terhambat dapat dialirkan. Drenase dapat dilakukan keluar tubuh misalnya dengan pemasangan pipa naso bilier, pipa T pada duktus koledokus, atau kolesistostomi. Drenase interna dapat dilakukan dengan membuat pintasan bilio digestif. Drenase interna ini dapat berupa kelesisto-jejunostomi, koledoko-duodenostomi, koledoko-jejunustomi atau hepatiko-jejunustomi. (Reksoprodjo, 1995)
1.    Penatalaksanaan Keperawatan
Pertahankan kesehatan bayi (pemberian makan yang cukup gizi sesuai dengan kebutuhan, serta menghindarkan kontak infeksi). Berikan penjelasan kepada orang tua bahwa keadaan kuning pada bayinya berbeda dengan bayi lain yang kuning karena hiperbilirubinemia biasa yang dapat hanya dengan terapi sinar atau terapi lain. Pada bayi ini perlu tindakan bedah karena terdapatnya penyumbatan ( Ngastiyah, 2005).
2.    Penatalaksanaan Medisnya ialah dengan operasi ( Ngastiyah, 2005)





BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan. Omphalocele adalah kondisi bayi waktu dilahirkan perut bagian depannya berlubang dan usus hanya dilapisi selaput yang sangat tipis. Hernia diafragmatika adalah tonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu lubang pada diafragma.  Dengan melihat penyakit yang ada, bidan dapat dapat memberikan pelayanan dengan baik agar keselamatan pada bayi baru lahir, bayi maupun anak balita. Bidan segera merujuk ketika mendapatka kasus demikian.
Gejala Obstruksi Biliaris antara lain: Gambaran klinis gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama yakni bayi ikterus, feses bayi berwarna putih agak keabu-abuan dan liat seperti dempul, Urine menjadi lebih tua karena mengandung urobilinogen, Perut sakit di sisi kanan atas, Demam, Mual dan muntah, Terjadi hepatomegali.Yang dilakukan bidan terhadap penderita Ostruksi Biliaris antara lain:Memberikan penatalaksanaan seperti bayi normal lainnya, seperti nutrisi adekuat, pencegahan hipotermi, pencegahan infeksi, dll, Lakukan konseling pada orang tua agar mereka menyadari bahwa kuning yang dialami bayinya bukan kuning biasa tetapi disebabkan karena adanya penyumbatan pada saluran empedu, Lakukan inform consent dan inform choise untuk dilakukan rujukan.

B.     SARAN
a.  Bidan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua untuk mengantisipasi setiap faktor resiko terjadinya obstruksi biliaris (penyumbatan saluran empedu) dengan keadaan fisik yang memnunjukkan anak tampak ikterik, feses pucat dan urine berwarna gelap (pekat).
b.  Bidan segera melakukan rujukan cepat untuk menghindari komplikasi.       




DAFTAR PUSTAKA


DARI INTERNET :


DARI BUKU :
Sudarti,M.Kes.2010. Kelainanan Dan Penyakit Pada Bayi Dan Anak .Yogyakarta :Medical books

Tidak ada komentar:

Posting Komentar